Senin, 31 Oktober 2011

Catatanku Tentang Kamu

Ada satu hal yang selalu ingin aku tanyakan padamu.

“Bagaimana perasaanmu padaku hari ini?”

Pertanyaan yang akan selalu aku tanyakan padamu untuk kamu jawab. Saat aku mungkin telah berubah. Saat aku mulai mempunyai jerawat. Saat aku mulai mempunyai kerutan di wajahku. Saat aku tidak secantik dulu.

“Masihkan rasa itu sama seperti dulu?”

Planning yang Belum (Sempet) Jalan

Pernah g sih terfikir untuk ngerencanain hidup mu dan mulai membangun mimpi-mimpi yang bakal kamu lakuin 4-5 tahun ke depan? Atau mungkin lebih jauh dari itu? Hingga kamu udah berkeluarga mungkin? Atau bahkan hingga kamu tua?

Mungkin g sedikit yg berfikir kalo itu pekerjaan yang sia-sia ato malah g guna. Dengan berbagai macam alasan - "masih terlalu jauh mikir itu" atau "kita kan masih muda, nikmatin aja idup ini. Biarkan mengalir" - dst, dsb.

Tapi, tau g sih… kalo kita emang nyadar idup di dunia ini kaya ngarungin laut, kita bakal nyiapin semua itu. Bikin planning apa rencana-rencana yang g jauh-jauh dari target kan juga g dosa. Urusan semua planning itu jalan, berhasil ato malah g kita laksanain itu kan sebuah pilihan. Karena kita emang g bakal tau apa yg bakal terjadi ntar.

Semua manusia, toh bakalan tua. Siap ato g. mau apa enggak. Tiap detik telah membuktikannya. Tiap waktu itu adalah saksinya. Tapi kedewasaan merupakan pilihan. Dimana hanya aku, kamu, dia, siapapun itu berhak dalam memilihnya.

So… mulailah tulis mimpi-mimpi mu. Dan mulailah untuk mewujudkan tiap langkahnya...

Dibatas Senja Itu...

Aku mencintaimu tepat saat pandangan kita bertaut. Sore itu, dimana kita tidak sengaja bertemu. Mungkin ini takdir. Tapi aku tahu bahwa rasa itu enggan pergi meski aku tahu mungkin kamu tidak merasakannya.

Lama aku berharap kita bertemu, mulai hari itu, setiap sore menjelang, aku selalu pergi ke taman itu, tempat dimana pertama kali kita bertemu. Berharap aku akan melihatmu, atau mungkin aku dapat menyapamu dan berbicara denganmu. Sudah hampir 2 minggu aku selalu ke tempat itu, tapi belum juga aku melihatmu lagi. Nyaris putus asa, mungkin kemarin kamu tidak sengaja ke tempat itu, mungkin rumahmu di kota lain, dan kamu kebetulan lewat. Tapi… selalu saja ada perasaan yang menguatkanku bahwa suatu hari kita akan bertemu lagi. Dan ketika harapan itu nyaris runtuh, di situ, aku melihatmu kembali. Berdiri memandang langit senja yang memerah. Tersenyum, dan semburat merahnya menerpa wajahmu, menjadikannya begitu cantik dan anggun dimataku.

“Permisi…”, sapaku kikuk. Gugup dengan apa yang akan aku katakan.

“Iya… ada apa?”, tanyamu lembut sembari tersenyum.

“Kamu orang sini?”, tanyaku ragu.

“Bukan, aku hanya kebetulan lewat. Sayang kalo melewatkan pemandangan indah ini”, jawabmu lembut. “Kalau kamu? Kebetulan lewat juga?”, tanyamu ingin tahu.

“Nggak sih… Cuma kok kayaknya sering lihat kamu di sini”, jawabku kikuk. Malu. Baru kali ini aku berbicara dengan gadis yang sama sekali belum aku kenal.

Minggu, 30 Oktober 2011

I've been living for tomorrow all my life…

Yeah... akhirnya setelah sekian lama vakum, saya bisa nulis lagi. Hmm... sebenernya nulis tuh bukan bakat saya. Secara saya benci banget yang namanya tulis menulis. Saya juga g gitu suka ngarang – kecuali mengarang indah jawaban ketika saya bener-bener udah stuck mau ngejawab apa.
Bagi saya, dunia saya ya dunia saya, g perlu diomongin kalo g perlu, g perlu diceritain kalo emang g penting. Karena yang ngerasain dunia saya ya saya sendiri. Tanpa intervensi orang luar. Halah… ngomong apa sih???
That’s why selama ini saya g pernah mau nulis. Apalagi dipublikasiin. Plis deh… saya sapa geto?????
Anyway… tulisan di bawah ini cuma curhatan g penting saya. Mau dibaca silakan, g di baca juga saya g maksa. Hahaha…

Let’s begin the story with… Hmmm... Bismillah :)

Sebuah Tanya

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku.